Fitnah Akun FB An Nisa Terhadap Harlah Muslimat NU di GBK
Sunday, January 27, 2019
Akun facebook bernama An Nisa mengunggah
foto sejumlah barang yang masih berserakan di lantai dan belum dirapihkan pada
kegiatan Muslimat NU di Stadion Gelora Bung Karno. Dalam foto tersebut, akun
ini menulis keterangan yang tidak hanya ingin meng-highlight ‘sampah di
mana-mana’ tapi juga melemparkan tuduhan yang tidak sopan bagi Muslimat NU.
“Acara pagi ini di GBK sampah everywhere (di mana-mana). Ngeri liat sampah
ketemu sampah. Pantesan tidak ada yang bersih fikirannya,” tulis akun ini, Ahad
(27/1).
Tentu tuduhan ini subjektif
dan tidak benar. Sebab saat menyelenggarakan kegiatan Harlah ke 73, kepanitiaan
acara Muslimat NU di bawah pimpinan Yenny Wahid ini telah menyiapkan berbagai
persiapan mulai sebelum, saat acara berlangsung hingga selepas acara selesai,
termasuk dengan menyiapkan tim relawan petugas kebersihan dari pemuda-pemudi
NU, di antaranya santri Pondok Pesantren Assiddiqiyah, Jakarta.
Faktanya puluhan santri
berpakaian putih hitam ini tampak sudah aktif mengerjakan tugasnya sejak Ahad
(27/1) dini hari. Dengan menggunakan sarung tangan, mereka membawa kantong
plastik besar berwarna hitam, mereka telah ditempatkan secara sistematis di
berbagai sudut stadion untuk memunguti sampah-sampah yang tercecer di area
Harlah di GBK.
“Anak-anak muda yang memungut
sampah itu sudah ngambilin sampah sejak sekitar pukul satu malam (Ahad 01.00
WIB dini hari),” kata Arasiyah, seorang peserta Harlah Muslimat NU asal
Gresik.
Serangan akun buzzer
Sekitar 10 jam setelah akun An
Nisa ini melemparkan tuduhan melalui postingannya, sebanyak 800 lebih akun
membagikan kembali postingan tersebut. Namun berdasarkan penelusuran secara
seksama, akun tersebut tidak seperti akun milik pribadi tapi lebih merupakan
akun yang dibuat dan dikendalikan untuk kepentingan tertentu atau lebih
familiar disebut dengan akun buzzer.
Indikasinya ada beberapa:
Pertama, akun tersebut menggunakan foto profil pasangan capres-cawapres
tertentu. Kedua, dalam postingannya akun yang terdaftar pada tahun 2011
sebagian besar hanya membagikan berita atau konten dengan jenis tertentu yang
identik, misalnya tentang aktivitas pasangan capres-cawapres, isu Palestina,
gerakan 212, konten tanda pagar #2019GantiPresiden, poster Muslim Cyber Army dan
isu sejenis. Berdasarkan pengalaman Penulis, ciri-ciri akun media sosial
semacam ini bukanlah akun milik pribadi, namun akun tanpa nama (anonymous) yang
dibuat untuk kepentingan tertentu.
Tentu akun ini bukan
satu-satunya yang ‘diciptakan dan bertugas’ seperti itu. Dalam kasus Muslim
Cyber Army yang terungkap tahun lalu, terdapat ribuan akun serupa yang
diciptakan, dikembangbiakkan dan dijadikan alat untuk menciptakan isu tertentu
di kalangan masyarakat Indonesia.
Namun tak jarang akun seperti
ini berhasil mempengaruhi masyarakat luas. Ross Tapsell, peneliti Media
Indonesia dari The Australia National University Australia dalam analisanya
menyebut, tingginya peminat media di luar media mainstream diakibatkan oleh
kekecewaan masyarakat pada media mainstream yang terlibat begitu dalam pada
politik praktis dalam pemilu 2014. Kepercayaan masyarakat yang menurun
melahirkan celah yang diisi oleh ‘media alternatif’ sebagai sumber informasi.
Sayangnya masyakat tidak
banyak yang memiliki kemampuan literasi yang cukup untuk bisa membedakan antara
konten atau media yang memiliki kredibilitas redaksi yang sesuai dengan kaidah
jurnalistik atau yang abal-abal. Dari fenomena demikian, lahirlah konten pelintiran
dan konten lain yang memiliki tujuan tertentu termasuk konten
hoaks.
Maraknya berita hoaks dan
pelintiran informasi direkam oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Menurut Anita Wahid, salah satu petinggi Mafindo yang juga merupakan putri
ketiga Gus Dur, maraknya konten hoaks di Indonesia relatif dimulai tahun 2014
saat Indonesia sedang menjalani Pilpres. Sejak saat itu konten hoaks begitu
banyak di media sosial, media online dan platform chatting. Menurut temuannya
konten terbanyak adalah konten agama dan politik. Saat ini, rata-rata terdapat
tiga konten semacam ini yang diproduksi dan disebarkan setiap hari.
Jadi tidak mengagetkan jika
ada konten hoaks dan pelintiran yang dibuat dan disebarkan sedemikian rupa
seperti yang dibuat oleh akun An Nisa ini. Serangan ini adalah contoh nyata
akan banyaknya buzzer di media sosial dan media online yang selalu siap
menyerang siapapun yang tidak mereka sukai, termasuk kegiatan semulia Harlah
Muslimat NU ke-73 yang berisi doa bersama untuk keselamatan bangsa. Redaktur
NU Online (Ahmad Rozali)