Ujian Orang Tua Terhadap Anak Kesayangannya
Wednesday, August 01, 2018
Pada suatu ketika, duduklah seorang laki-laki tua dan seorang laki-laki muda dan ganteng. Dari tampangnya sepertinya keduanya adalah orang-orang yang berduit, borju. Keduanya adalah ayah dan anak yang sedang bersenda gurau dan bercengkerama di taman samping rumahnya. Keduanya terlihat bahagia.
Ketika Sang Ayah
melihat seekor burung yang datang dan hinggap di pohon, Sang Ayah itu bertanya
kepada anaknya ; “Nak, itu apa?”. Anaknya menjawab ; “Burung Gagak, ayah”.
Mendengar jawaban anaknya, sang ayah itu tersenyum. Selang beberapa menit, sang
ayah itu bertanya lagi ; “Nak, itu apa?”. Anaknya menjawab ; “Burung Gagak,
ayah”. Sekali lagi sang ayah tersenyum mendengar jawaban anaknya. Kelihatan
orang tua itu bahagia sekali.
Tenyata sang
ayah tidak berhenti menanyakan itu kepada anaknya ; “Nak, itu apa?”. Anaknya
menjawab ; “Burung Gagak”. Ayahnya tersenyum sambil bertanya dengan pertanyaan
yang sama. Anaknya kembali menjawab ; “Burung Gagak, Burung Gagak, ayah”. Sang
Ayah kembali tersenyum, dan kembali lagi bertanya dengan pertanyaan yang sama ;
“Nak, itu apa?”.
Anaknya kembali
menjawab, namun kali ini anaknya menjawab sambil berdiri dan marah-marah karena
kesal terhadap ayahnya yang selalu bertanya itu-itu lagi. Kata anak itu ; “itu
Burung Gagak ayah, Burung Gagak ayah, Burung Gagak, apa ayah tuli, udah saya
jawab berkali-kali masih ditanyakan terus, itu burung Gagak ayah”.
Mendengar
jawaban anaknya yang sambil marah-marah itu, Sang Ayah terus berdiri dan
berjalan masuk kerumah. Anaknya bingung, geram dan tidak tahu harus berbuat
apa. Sebelum hilang rasa geram dan kebingungannya, ayahnya sudah datang lagi
menghampirinya sambil menyodorkan sebuah buku diary yang sudah sedikit usang.
Kemudian ayahnya kembali masuk kedalam rumah.
Si-anak langsung
membaca buku diary yang diberikan ayahnya itu. Ternyata, buku diary keramat
itu, berisi tulisan-tulisan ayahnya dulu saat si-anak masih kecil ; “Hari ini anakku genap berusia 5 tahun, aku
ajak dia main di halaman depan rumah, ketika melihat burung gagak, anakku
bertanya kepadaku ; “itu apa ayah?”, aku menjawab ; “Burung Gagak Nak”. Namun
dia masih saja bertanya hingga 25 kali dengan pertanyaan yang sama, karena rasa
sayangku kepadanya, aku jawab pertanyaan itu dengan gembira, dengan sesekali
mencium pipinya”.
Setelah membaca
itu, si-anak berfikir dan sadar, “ayahku menjawab pertanyaan yang sama dariku
sebanyak 25 kali dengan senyuman dan kasih sayang, tapi aku”, lanjut si-anak,
“baru 5 kali ditanyai dengan pertanyaan yang sama, sudah geram dan marah-marah,
anak macam apa aku ini”, pungkas anaknya sambil berlari masuk ke rumah dan
menghampiri ayahnya sambil menangis meminta maaf ; “Maafkan aku ayah, maafkan
anakmu yang tak tahu diri dan tak pintar berterima kasih ini ayah, maafkan aku
ayah”. Anak itu terus menangis sesunggukan memohon maaf kepada ayahnya, sampai
ayahnya memeluk erat anak kesayangannya itu.
Kisah ini
sebenarnya sudah banyak ditulis oleh orang-orang di MEDSOS bahkan sudah
divideokan dan saya pernah menontonnya. Tapi saya ingin mengangkat kisah ini
lagi agar semakin membuming dan banyak yang tahu kisah ini. Tujuannya, paling
tidak meminimalisir terjadinya uququl
walidain (durhaka terhadap ortu).